5 Tanda Hybrid Working Anda Bisa Gagal dan Solusinya.
Pada masa New Normal ini, sistem Hybrid Working menjadi pilihan utama, karena tidak membuat seluruh karyawan bekerja di rumah, tetapi bisa bekerja dari mana saja. Namun, di beberapa perusahaan ada yang belum dapat menerapkan Hybrid Working dengan baik sehingga mengalami kegagalan yang cukup parah. Jika dilihat dari segi teori Hybrid Working tentunya terlihat baik untuk semua kalangan, akan tetapi realitanya tidak semua industri dapat menjalankannya dengan baik.
Tetapi Sistem Hybrid Working akan selalu ada, karena menurut survey dari Atlassian di Linkedin. Sebanyak 62% karyawan menyukai sistem tersebut dengan alasan adanya fleksibilitas kerja antara kantor dengan rumah mereka.
5 Tanda Hybrid Working Anda Bisa Gagal
Di balik tingkat keantusiasan yang tinggi, terdapat tanda-tanda negatif yang dapat menyebabkan kegagalan dalam sistem Hybrid Working. Karena itu Edavos telah merangkum 5 tanda Hybrid Working Anda bisa gagal dan memberikan solusinya.
Baca Juga: Budaya Hybrid Working Yang Baik
1. Karyawan Mengambil Kendali Secara Penuh
Inti dari model kerja hybrid adalah untuk menciptakan lebih banyak fleksibilitas dan otonomi. Tetapi jika Anda memberikan terlalu banyak, Anda dapat menghambat kinerja dan pendapatan perusahaan.
Ketika karyawan sendiri yang menetapkan jadwal, akan ada pengurangan bekerja secara tatap muka yang akan mengganggu produktifitas. Jika penjadwalan berdasarkan kepemimpinan, maka akan tercipta kondisi kerja yang adil, kesempatan promosi, dan memunculkan ide baru.
Tips: Manajer harus mendapatkan masukan dari karyawan sebelum mereka menetapkan jadwal. Dan selalu meninjau secara teratur untuk memastikan berfungsi seperti semestinya.
2. Jadwal Yang Terlalu Kaku
Dengan model Hybrid Working memungkinkan fleksibilitas di lokasi seperti rumah atau kantor. Ini akan gagal jika Anda tidak mengizinkan atau setidaknya memberikan fleksibilitas saat karyawan melakukan pekerjaan mereka.
Bahkan jika manajer sudah menetapkan waktu kerja, karyawan akan tetap membutuhkan fleksibilitas untuk menghadapi pandemi yang semakin hari semakin mengkhawatirkan. Misalnya, mereka mungkin perlu merawat orang tua, merawat anak setelah sekolah online atau mengurus kebutuhan medis mereka sendiri.
Tips: Daripada jadwal kerja yang normal yaitu dari 9 sampai jam 5 (seperti sebelum pandemi), tetapkan waktu untuk kolaborasi (Zoom, Webex atau pertemuan langsung). Waktu meeting tersebut bisa dijadikan poin utama dalam penjadwalan dan hanya berlangsung tidak lama demi kenyamanan karyawan.
3. Ketidakadilan Saat Meeting
Ketika karyawan kembali ke kantor, ada kecenderungan untuk melakukan kebiasaan lama sebelum pandemi. Hal tersebut dapat mengurangi produktivitas karyawan yang sedang Hybrid Working. Salah satunya, karyawan yang sedang berada di kantor akan mendominasi meeting dengan ide dan pendapat mereka. Sedangkan karyawan jarak jauh perlu berusaha lebih keras untuk mendengar, didengar dan memberi pengaruh dalam pertemuan tersebut.
Tips: Buatlah rapat virtual yang mana karyawan di kantor tidak diperbolehkan satu ruangan secara fisik dengan peserta meeting lainnya. Maka dari itu, karyawan di kantor harus bergabung dalam rapat dari komputer mereka sendiri. Itu akan menciptakan keadilan bagi karyawan yang sedang tidak berada di kantor.
Baca Juga: Mengenal Tools Hybrid Working
4. Kewalahan Teknologi
Banyak dari karyawan merasa pusing karena harus bolak-balik antara aplikasi sepanjang hari kerja, faktor ini memiliki dampak negatif pada produktivitas mereka. Sederhananya, terlalu banyak aplikasi akan menghalangi model kerja hybrid yang sukses.
Tips: Sederhanakan teknologi Anda sebanyak mungkin. Bekerja dengan tim IT untuk menentukan aplikasi apa yang paling sering digunakan, apa yang paling penting untuk bekerja, dan berapa banyak pelatihan yang Anda perlukan untuk membuat semua orang memahami aplikasi yang digunakan secara bersama.
5. Relasi Yang Merenggang
Selama bekerja secara terpisah, hubungan karyawan dengan rekan kerja dan atasan mereka akan semakin merenggang. Jika orang hanya bekerja terlalu individualis, pekerjaan akan terasa sebatas transaksional saja. Sedangkan hubungan informal yang berguna untuk membangun moral dan meningkatkan solidaritas akan semakin hilang.
Tips: Ciptakan peluang bagi karyawan untuk terhubung kembali. Contohnya, melaksanakan event dengan tema untuk mendekatkan kembali antar karyawan perusahaan. Tetapi berikan karyawan pilihan untuk berpartisipasi, sehingga mereka melakukan apa yang mereka sukai.